livingformonday.com – Kerusuhan Belut Amsterdam atau dalam bahasa Belanda disebut Palingoproer, adalah salah satu peristiwa kerusuhan paling aneh dan unik dalam sejarah Amsterdam. Insiden ini terjadi pada 25 Juli 1886 dan berawal dari aktivitas yang tampaknya tidak berbahaya — sebuah permainan tradisional menangkap belut di distrik Jordaan, Amsterdam.
Latar Belakang: Permainan Menangkap Belut
Permainan menangkap belut adalah tradisi lama yang populer di kalangan masyarakat kelas pekerja di Belanda pada abad ke-19. Dalam permainan ini, seekor belut hidup digantung di atas kanal pada seutas tali, dan para peserta harus berusaha menangkap belut tersebut sambil melompat dari perahu. Belut yang licin dan gesit membuat permainan ini menjadi tantangan yang sulit dan menghibur bagi para penonton, meski permainan tersebut juga dianggap kejam oleh beberapa orang.
Pada masa itu, Jordaan adalah kawasan kelas pekerja yang padat penduduknya. Masyarakat di daerah ini sering mengadakan acara semacam ini sebagai bentuk hiburan.
Pemicu Kerusuhan
Pada 25 Juli 1886, sebuah permainan menangkap belut diadakan di salah satu kanal di Jordaan. Namun, kali ini acara tersebut menarik perhatian polisi, yang melihatnya sebagai kegiatan ilegal karena dianggap perjudian dan kekejaman terhadap hewan. Polisi turun tangan dan mencoba menghentikan permainan dengan memotong tali yang menggantungkan belut di atas kanal.
Tindakan polisi tersebut menimbulkan kemarahan dari kerumunan warga, yang merasa bahwa polisi mengganggu hiburan mereka. Dalam waktu singkat, suasana menjadi kacau dan terjadi kerusuhan massal. Warga mulai melempari polisi dengan batu dan benda lainnya. Bentrokan antara warga dan polisi terus berlangsung hingga beberapa jam.
Eskalasi Kekerasan
Ketika polisi gagal mengendalikan kerumunan, mereka meminta bantuan militer. Tentara dikerahkan untuk memulihkan ketertiban, tetapi kehadiran mereka justru memperburuk situasi. Bentrokan antara warga Jordaan dengan militer pun semakin brutal. Para demonstran semakin marah, dan kerusuhan dengan cepat menyebar ke seluruh distrik.
Militer menggunakan kekerasan untuk membubarkan kerumunan, dan dalam prosesnya, mereka menembak ke arah massa. Akibatnya, beberapa orang tewas, dan banyak yang terluka. Diperkirakan, total 26 orang tewas dan puluhan lainnya terluka dalam kerusuhan ini.
Dampak Kerusuhan Belut
Kerusuhan Belut menjadi simbol dari ketegangan sosial yang terjadi di Amsterdam pada akhir abad ke-19. Konflik ini mencerminkan kondisi kehidupan kelas pekerja yang sulit dan ketidakpuasan terhadap pemerintah dan penegak hukum. Permainan menangkap belut hanya menjadi pemicu yang mengungkap ketegangan yang lebih dalam antara warga miskin dan otoritas.
Setelah kerusuhan, permainan menangkap belut secara perlahan mulai dilarang secara ketat, dan pihak berwenang berusaha untuk lebih memperhatikan kebutuhan serta keluhan masyarakat kelas pekerja. Insiden ini juga menjadi pengingat bagi pemerintah Belanda akan potensi ledakan sosial di tengah kondisi ekonomi yang tidak merata.
Kesimpulan
Kerusuhan Belut Amsterdam adalah salah satu contoh dari bagaimana hal kecil — dalam hal ini, permainan tradisional menangkap belut — dapat memicu kerusuhan besar akibat ketegangan sosial yang mendalam. Peristiwa ini tidak hanya menjadi momen penting dalam sejarah Amsterdam, tetapi juga mengingatkan tentang pentingnya menangani ketidakpuasan masyarakat secara bijaksana sebelum situasi berubah menjadi kekerasan massal.