livingformonday.com – Christingle adalah tradisi Kristen yang menarik dan penuh makna yang berasal dari Eropa Tengah, khususnya Jerman, pada abad ke-18. Awalnya diperkenalkan sebagai alat pendidikan untuk membantu anak-anak memahami makna Natal, Christingle sejak itu berkembang menjadi salah satu simbol yang dikenal luas dalam perayaan Natal di seluruh dunia. Berikut adalah sejarah dan makna di balik Christingle yang menarik:

1. Asal Usul Christingle

Tradisi Christingle pertama kali diperkenalkan oleh Johann Hinrich Wichern, seorang pendeta Lutheran dari Jerman pada tahun 1747. Wichern menciptakan Christingle sebagai bagian dari pelajaran di sekolah Minggu untuk mengajarkan anak-anak tentang pesan cinta dan keselamatan di masa Natal. Kata “Christingle” berasal dari bahasa Jerman yang berarti “Cahaya Kristus” atau “Cahaya Kristiani.”

2. Perkembangan di Inggris

Tradisi ini pertama kali diperkenalkan di Inggris oleh Moravian Church pada tahun 1968. Sejak itu, Christingle menjadi bagian dari perayaan Natal di banyak gereja di seluruh negeri. Gereja Moravian menggunakan Christingle sebagai simbol persatuan dan cinta Tuhan kepada semua manusia, terutama anak-anak.

3. Simbolisme Christingle

Christingle terdiri dari beberapa elemen, dan masing-masing memiliki makna simbolis:

  • Jeruk: Melambangkan dunia. Jeruk dipilih karena bentuknya bulat, yang mewakili bumi tempat manusia tinggal.
  • Lilin: Lilin ditempatkan di atas jeruk, mewakili Yesus sebagai cahaya dunia, yang datang untuk membawa terang ke kegelapan dan menyelamatkan umat manusia.
  • Pita Merah: Pita merah melingkari jeruk, melambangkan darah Yesus Kristus yang ditumpahkan untuk menebus dosa manusia.
  • Kismis atau Permen: Biasanya terdapat empat tusukan di jeruk yang dihiasi dengan buah-buahan kering atau permen, mewakili empat musim atau anugerah Tuhan yang melimpah di seluruh dunia.

4. Makna Liturgis

Dalam kebaktian Christingle, umat berkumpul untuk menyalakan lilin, mengingat pesan bahwa Yesus adalah cahaya yang datang untuk menerangi dunia. Nyala lilin juga melambangkan harapan dan cahaya dalam kehidupan orang percaya. Upacara ini sering melibatkan anak-anak sebagai pusat perhatian, menciptakan suasana damai dan penuh kasih dalam rangka Natal.

5. Penggunaan Amal

Sejak diperkenalkan di Inggris, perayaan Christingle juga terkait dengan amal. Banyak gereja yang mengadakan kebaktian Christingle sebagai bagian dari upaya penggalangan dana untuk badan amal anak-anak, seperti The Children’s Society, yang mendukung anak-anak yang rentan dan kurang beruntung.

6. Tradisi Modern

Hingga saat ini, Christingle tetap menjadi tradisi yang populer, terutama di Inggris dan Eropa Barat. Setiap tahun, pada minggu-minggu menjelang Natal, gereja-gereja mengadakan kebaktian Christingle di mana anak-anak dan keluarga terlibat dalam upacara pembuatan Christingle, menyalakan lilin, dan berdoa.

Christingle adalah tradisi Natal yang kaya akan simbolisme dan sejarah, mengajarkan tentang harapan, cinta, dan terang yang dibawa oleh Yesus Kristus ke dunia. Melalui elemen-elemen yang sederhana namun bermakna dalam Christingle, umat Kristen di seluruh dunia dapat memperdalam pemahaman mereka tentang esensi Natal, sekaligus berpartisipasi dalam upaya amal yang melibatkan kebersamaan dan kasih.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

https://dikpora-solo.net/ https://178.128.59.149/ https://68.183.7.18/ https://139.59.17.142/ https://159.89.196.90/ https://167.71.231.203/ jpbos4d https://157.245.100.46/ https://209.38.193.240/ https://167.99.200.34/ https://206.189.143.71/ https://159.65.140.38/ https://159.89.163.50/ https://161.35.45.9/ https://137.184.47.130/ https://161.35.96.141/