Kerajaan Gowa-Tallo, Jejak Kejayaan Maritim Islam di Timur Nusantara

Kerajaan Gowa-Tallo, Jejak Kejayaan Maritim Islam di Timur Nusantara

livingformonday.com – Kerajaan Gowa-Tallo, yang terletak di Sulawesi Selatan, merupakan salah satu kerajaan Islam terbesar dan paling berpengaruh di Indonesia bagian timur pada abad ke-16 hingga ke-17. Dikenal juga sebagai Kesultanan Makassar, kerajaan ini memainkan peran penting dalam perdagangan maritim dan penyebaran Islam di kawasan timur Nusantara.

Asal Usul dan Penyatuan Gowa-Tallo

Kerajaan Gowa awalnya berdiri pada awal abad ke-14 (sekitar tahun 1320 M) sebagai sebuah chiefdom yang kemudian berkembang menjadi kekaisaran maritim. Sementara itu, Kerajaan Tallo didirikan dua abad kemudian oleh seorang pangeran Gowa yang melarikan diri ke pesisir setelah kekalahannya dalam konflik perebutan takhta. Lokasi pesisir Tallo memungkinkan kerajaan ini untuk mengambil keuntungan lebih besar dalam perdagangan maritim dibandingkan Gowa.

Pada tahun 1565, kedua kerajaan ini bersatu melalui kesepakatan “Dua Raja, Satu Rakyat” (rua karaeng se’re ata), di mana raja berasal dari garis keturunan Gowa dan perdana menteri dari keturunan Tallo. Penyatuan ini mengakhiri konflik internal dan membawa stabilitas serta kemajuan bagi wilayah tersebut.

Masa Kejayaan dan Peran dalam Perdagangan

Kerajaan Gowa-Tallo mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-17, berkembang sebagai pusat perdagangan dan mengembangkan pengaruhnya hingga ke wilayah timur Nusantara, termasuk sebagian besar Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan pesisir timur Kalimantan.

Pelabuhan Somba Opu menjadi pusat perdagangan penting yang menarik pedagang dari berbagai daerah, termasuk dari Asia dan Eropa. Kerajaan ini juga mengembangkan berbagai inovasi dalam bidang pemerintahan, ekonomi, dan militer, serta menjalin hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan lain.

Penyebaran Islam dan Peran Sultan Hasanuddin

Islam mulai dianut secara resmi di Kerajaan Gowa-Tallo pada awal abad ke-17. Raja I Mangarangi Daeng Manrabbia memeluk agama Islam pada tahun 1593, dan sejak saat itu, Islam menjadi agama resmi kerajaan.

Sultan Hasanuddin, yang memerintah pada pertengahan abad ke-17, dikenal sebagai pemimpin yang gigih melawan penjajahan VOC Belanda. Perang Makassar (1666–1669) merupakan konflik besar antara Kerajaan Gowa-Tallo dan VOC, yang berakhir dengan kekalahan kerajaan dan penandatanganan Perjanjian Bongaya.

Peninggalan dan Warisan Budaya

Beberapa peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo yang masih dapat ditemukan hingga kini antara lain:

  • Benteng Somba Opu: Benteng pertahanan utama kerajaan yang kini menjadi situs sejarah dan objek wisata.

  • Masjid Katangka: Salah satu masjid tertua di Sulawesi Selatan yang dibangun pada masa kejayaan kerajaan.

  • Naskah Lontara: Dokumen sejarah dan hukum yang ditulis dalam aksara Lontara, mencerminkan sistem pemerintahan dan budaya kerajaan.

Kerajaan Gowa-Tallo meninggalkan warisan budaya yang kaya dan berpengaruh dalam sejarah Indonesia, khususnya dalam perkembangan Islam dan perdagangan di wilayah timur Nusantara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *